- by Tsabithah Salsabilla Oklid
- Jul 27, 2024
Menjadi orang tua adalah impian banyak orang karena merupakan anugerah terindah dalam hidup. Namun, ada juga moms dan dads yang memilih untuk tidak memiliki anak, dan tentu saja, itu karena berbagai alasan, seperti alasan kesehatan, psikologis, sosial, hingga spiritual.
Sebagai moms, kita sering kali begitu fokus pada kebutuhan si kecil, sampai-sampai lupa memberikan waktu dan perhatian untuk diri sendiri. Energi kita banyak terkuras untuk mengurus anak-anak, sehingga kebutuhan pribadi pun sering terabaikan.
Apakah Moms merasa lelah? Itu wajar, kok!
Kelelahan yang kita rasakan saat mengasuh anak sering kali dianggap tidak normal. Bahkan, tidak jarang kita menyalahkan diri sendiri karena merasa lelah, dan berpikir bahwa kita adalah moms yang buruk jika merasakan kelelahan. Kadang-kadang, kita menyembunyikan rasa lelah itu, berusaha kuat demi anak-anak, tapi tanpa sadar mengorbankan kesehatan mental kita sendiri.
Pertanyaan untuk Moms:
Kasus 1: Stres
"Aku benar-benar bingung bagaimana caranya bersabar saat anak-anak membuat kesalahan di rumah. Mereka bisa sangat menjengkelkan, sampai aku pernah membentak, mencubit, bahkan memukul mereka. Aku tahu itu salah, dan aku merasa bersalah karena tahu itu bisa menyakiti mereka secara emosional. Sekarang, aku justru merasa membenci diriku sendiri. Aku sudah belajar banyak tentang parenting, tapi kenapa aku tetap saja kesulitan mengendalikan diri? Aku merasa gagal menjadi ibu yang baik."
Kasus 2: Stres
"Kenapa aku tidak bisa seperti ibu-ibu lain yang selalu tampak akrab dengan anak-anak mereka, tersenyum, dan tertawa bersama? Sedangkan aku sering bertengkar dengan anakku. Aku merasa tidak dihargai dan dianggap remeh. Kadang aku merasa sangat buruk, bahkan sampai memukul-mukul diriku sendiri karena tidak bisa menjadi teman yang baik bagi anakku. Sekarang, anakku lebih memilih bercerita kepada teman-temannya daripada padaku."
Kasus 3: Stres
"Akhir-akhir ini, istriku terlihat sangat stres, sering menangis, marah, dan menjadi sangat sensitif. Kami sering cekcok hanya karena hal-hal kecil. Suatu malam, aku minta dibuatkan secangkir kopi, tapi di saat yang sama, salah satu anak kembar kami menumpahkan sayur di meja makan. Istriku tiba-tiba berteriak sambil menangis histeris, 'Aku muak, kalian jahat!' Selama sebulan terakhir, dia sering mengeluh tentang betapa lelahnya dia mengurus rumah, mengasuh empat anak, dan mendampingi mereka belajar. Tapi, aku menganggapnya sebagai hal biasa."
Kasus 4: Burnout
"Aku benar-benar bingung dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku tidak peduli lagi dengan anak-anakku, terserah mereka mau mendengarkan atau tidak. Aku capek. Aku bingung dengan diriku sendiri, tidak tahu bagaimana caranya menjadi ibu yang mereka cintai. Ya, aku merasa gagal dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku menyerah."
Kasus 5: Burnout
"Aku sudah tidak mau lagi ambil pusing dengan masalah anak-anak. Aku menyerah. Aku tidak mampu lagi berpikir jernih, dan aku benar-benar kehilangan akal. Anak-anak ini, terserah mereka mau apa, aku sudah tidak peduli."
Kasus 6: Burnout
"Aku sadar suamiku tidak seperti suami-suami lain yang perhatian pada anak-anaknya, berbagi tugas, dan bergantian mengasuh. Aku merasa sendirian membesarkan anak-anak, sambil bekerja sebagai guru SD. Sekarang, aku merasa tidak ada solusi yang tepat. Aku tidak bisa mendampingi mereka sepenuhnya. Beban pekerjaanku sebagai guru juga sangat berat. Kadang-kadang, aku memutuskan untuk bersikap acuh tak acuh karena aku benar-benar lelah."
Parental Burnout
Parental burnout adalah sindrom kelelahan yang terjadi ketika moms dan dads terlalu lama terpapar stres dalam menjalankan peran sebagai orang tua. Kelelahan fisik, mental, dan emosional ini, jika tidak ditangani dengan baik, bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan memicu depresi.
Faktor Risiko Parental Burnout:
Stres vs Burnout:
Tanda-tanda Parental Burnout:
Dampak Parental Burnout pada Kesehatan:
Cara Mengatasi Parental Burnout Secara Lebih Detail dan Mendalam
Pahami dan Terima Perasaan Moms (Awareness)
Sadari Kondisi Emosional dan Fisik: Langkah pertama yang penting adalah menyadari bahwa Moms sedang mengalami kelelahan baik secara fisik maupun emosional. Pahami bahwa ini adalah hal yang wajar dan bisa terjadi pada siapa saja. Moms bukan robot, dan Moms juga berhak merasa lelah. Menerima kenyataan bahwa Moms tidak sempurna adalah langkah awal yang penting untuk mulai merawat diri sendiri.
Identifikasi Pemicu Kelelahan: Catat dan refleksikan situasi apa saja yang paling membuat Moms merasa lelah atau tertekan. Apakah itu beban pekerjaan rumah, tekanan dari pekerjaan, atau kurangnya dukungan dari pasangan? Dengan mengenali pemicu ini, Moms bisa mulai mencari solusi yang tepat untuk masing-masing masalah.
Pahami Batasan Diri: Moms perlu mengenali batasan fisik dan emosional diri. Tidak semua tugas harus diselesaikan dalam satu waktu. Berikan izin pada diri sendiri untuk istirahat ketika merasa lelah.
Komunikasikan dengan Pasangan atau Keluarga
Diskusikan Beban Kerja: Banyak Moms yang merasa terbebani karena semua tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak sering kali jatuh pada mereka. Bicarakan dengan pasangan mengenai pembagian tugas yang lebih adil. Jelaskan bagaimana Moms merasa lelah dan memerlukan bantuan. Misalnya, minta pasangan untuk berbagi tugas dalam mengurus anak atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Tetapkan Harapan yang Realistis: Dalam komunikasi dengan pasangan, penting untuk menetapkan harapan yang realistis. Bicarakan apa yang Moms butuhkan dan bagaimana pasangan bisa membantu dengan cara yang konkret. Misalnya, jika Moms merasa kewalahan dengan rutinitas pagi, minta pasangan untuk membantu menyiapkan sarapan atau mengurus anak-anak di pagi hari.
Melibatkan Anggota Keluarga Lain: Jika memungkinkan, libatkan juga anggota keluarga lain seperti orang tua atau saudara kandung untuk memberikan bantuan, misalnya dalam menjaga anak-anak selama beberapa jam agar Moms bisa beristirahat.
Evaluasi Diri dan Pengasuhan
Refleksi Tujuan Pengasuhan: Evaluasi kembali apa tujuan Moms dalam mengasuh anak. Apakah Moms merasa terbebani karena menetapkan standar yang terlalu tinggi? Apakah Moms terlalu terfokus pada pandangan orang lain tentang cara Moms mengasuh anak? Ini saatnya untuk menetapkan standar yang lebih masuk akal dan sesuai dengan kondisi Moms sendiri.
Pahami Tahapan Perkembangan Anak: Anak-anak memiliki kebutuhan dan perilaku yang berbeda di setiap tahapan perkembangan. Dengan memahami ini, Moms bisa menyesuaikan harapan dan cara pengasuhan. Jangan lupa, anak adalah individu yang sedang berkembang, dan mereka butuh ruang untuk membuat kesalahan dan belajar.
Pisahkan Masalah Pengasuhan dari Masalah Pribadi: Kadang, kelelahan yang dirasakan bukan semata-mata karena pengasuhan anak, tapi juga karena masalah pribadi atau pekerjaan. Penting untuk memisahkan kedua hal ini agar Moms bisa fokus mengatasi sumber masalah yang sebenarnya.
Temukan Gaya Pengasuhan yang Sesuai
Jangan Terjebak dalam Perbandingan: Setiap keluarga memiliki dinamika yang unik. Apa yang berhasil untuk orang lain belum tentu berhasil untuk Moms. Cari gaya pengasuhan yang sesuai dengan kepribadian Moms dan kebutuhan anak. Moms tidak perlu merasa bersalah jika cara pengasuhan Moms berbeda dari orang lain.
Sesuaikan Pengasuhan dengan Kondisi Keluarga: Misalnya, jika Moms dan pasangan bekerja, mungkin perlu menyesuaikan waktu berkualitas dengan anak-anak di malam hari atau akhir pekan. Fokus pada kualitas waktu, bukan kuantitas.
Fokus pada Prinsip dan Nilai yang Penting: Pilih prinsip pengasuhan yang benar-benar penting bagi Moms dan fokus pada hal itu. Jangan terlalu banyak mencoba untuk mengikuti semua teori parenting yang ada, karena ini bisa membuat Moms semakin terbebani.
Berikan Waktu untuk Diri Sendiri (Me Time & Self-Care)
Tetapkan Jadwal Me Time: Setiap hari atau minggu, sisihkan waktu khusus untuk diri sendiri. Ini bisa berupa 15-30 menit di pagi atau malam hari, di mana Moms bisa melakukan apa pun yang membuat Moms merasa lebih baik, seperti membaca buku, mandi dengan rileks, atau sekadar duduk menikmati secangkir teh tanpa gangguan.
Manjakan Diri: Sesekali, berikan waktu untuk memanjakan diri seperti pergi ke spa, melakukan perawatan kecantikan, atau hal sederhana seperti mengenakan pakaian yang Moms suka. Ini adalah bentuk cinta diri yang penting untuk menjaga keseimbangan emosional.
Latihan Relaksasi: Coba praktikkan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga. Teknik ini bisa membantu Moms mengurangi stres dan mendapatkan kembali energi positif. Luangkan waktu 10-15 menit setiap hari untuk latihan ini.
Tetap Terhubung dengan Diri Sendiri: Sering kali, kita sebagai moms begitu sibuk mengurus keluarga hingga lupa pada diri sendiri. Jadikan me time sebagai waktu untuk terhubung kembali dengan diri sendiri, merasakan apa yang sebenarnya Moms butuhkan dan inginkan.
Curhat dengan Orang yang Peduli atau Konseling dengan Profesional
Berbagi dengan Sahabat atau Keluarga: Bicarakan perasaan Moms dengan sahabat atau anggota keluarga yang bisa dipercaya. Kadang-kadang, berbagi cerita dan didengarkan sudah cukup membantu meringankan beban yang Moms rasakan. Mereka mungkin bisa memberikan perspektif baru atau sekadar menjadi pendengar yang baik.
Ikut Komunitas Parenting: Moms bisa bergabung dengan komunitas parenting baik secara online maupun offline, di mana Moms bisa berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari sesama moms yang mungkin sedang menghadapi situasi serupa.
Konsultasi dengan Profesional: Jika Moms merasa burnout sudah sangat mengganggu, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka bisa membantu Moms memahami perasaan yang sedang dialami dan memberikan strategi khusus untuk mengatasinya.
Jangan Tunggu Sampai Terlalu Berat: Jangan menunggu sampai Moms merasa benar-benar kewalahan untuk mencari bantuan. Semakin cepat Moms mengambil langkah, semakin mudah untuk mengatasi burnout.
Mintalah Bantuan kepada Allah Ta’ala
Memohon Kekuatan dari Allah: Dalam situasi apa pun, ingatlah bahwa Allah selalu ada untuk membantu Moms. Luangkan waktu untuk berdoa dan memohon kekuatan dari-Nya. Ingatlah bahwa Allah adalah tempat bergantung yang paling utama.
Perbaiki Niat dalam Pengasuhan: Luruskan niat dalam mengasuh anak. Jadikan pengasuhan sebagai ibadah dan cara untuk mendapatkan ridho dan berkah dari Allah. Ini bisa memberikan Moms ketenangan dan kekuatan untuk terus menjalani peran sebagai orang tua dengan penuh cinta dan keikhlasan.
Husnudzon kepada Allah: Selalu berprasangka baik kepada Allah dalam setiap keadaan. Percayalah bahwa segala ujian yang diberikan akan mendatangkan kebaikan jika kita bersabar dan berusaha. Dengan begitu, hati Moms akan lebih tenang dan lapang dalam menghadapi berbagai tantangan sebagai orang tua.
Jangan ragu untuk berbagi pengalaman atau tips Anda di bagian komentar. Kami sangat tertarik mendengar pandangan moms dan berdiskusi lebih lanjut. Ayo, berikan pendapat mom dan mari kita saling belajar!